Minggu, 04 November 2018

Berjualan di Cafe


Pengalaman berjualan di café TKJ SMK Wikrama Bogor



Assalammualaikum wr.wb
Hai….. berjumpa lagi dengan saya Yuni Wijaya dari kejuruan Bisnis Daring Dan Pemasaran SMK Wikrama Bogor. Nah kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya berjualan maupun menitipkan barang di café TKJ SMK Wikrama Bogor.

  1.      Latar Belakang
            Sebelum itu, di SMK Wikrama Bogor selain memiliki kantin, kami juga memiliki café yang dikelola oleh kejuruan BDP, café ini terdiri dari dua café, yaitu café yang berada di BDP dan café yang berada di TKJ, nah… di café TKJ inilah kami diharuskan untuk mengelolanya. Sama seperti hari-hari sebelumnya bahwa kami diharuskan untuk berjualan, tapi pada sebelumnya kami berjualan lele dan produk dari Paloma, sekarang kami (siswa-siswi BDP) diharuskan untuk mengelola maupun menitip barang di café, dari mulai pembuatan nota, baik nota penjualan ataupun nota konsiyensi (penitipan), membawa produk sendiri, sampai menata produk serta pelayanan dan kebersihannya.
            Dalam pengelolaan café sendiri kami dibagi menjadi lima kelompok, sesuai dengan hari yang sudah ditentukan oleh masing-masing kelompok tersebut. Setiap masing-masing kelompok beranggotakan enam sampai tujuh orang, setiap kelompok yang bertugas pada hari itu harus menyatat siswa yang memasok produk dan kemudian membuat nota penjualan dan nota konsiyensi.
       Saya sendiri merupakan kelompok yang bertugas pada hari kamis, kelompok saya beranggotakan enam orang, setiap kami bertugas, kami selalu membagi tugas, tugas yang dikerjakan  setiap orang harus adil dan merata. Setiap kami menitipkan produk, kami juga harus menuliskan di jurnal harian bisnis, selain melatih akan keterampilan kita dalam berwirausa kegiatan tersebut juga merupakan salah satu penilaian pada mata pelajaran produktif Bisnis Ritel. Jadi setiap yang kami kerjakan dalam kegiatan berjualan maupun penataan barang serta pengelolaan café, hal itu merupakan salah satu bentuk pengajaran yang tidak langsung diajarkan oleh guru kita.

  2.      Di balik Ide
            Setelah saya menganalisis makanan apa yang tidak ada dikantin maupun di café sekolah saya memutuskan akan menjual makanan berupa Nasi Ketan. Saya menamai produk saya dengan nama “ Ketan Kelapa”, yang terbuat dari beras ketan putih, kelapa barut yang di goreng dan tambahan bumbu lainnya seperti garam gula dan irisan cabai merah. Setelah menentukan produk apa yang akan saya jual, kemudian saya menentukan harga dari produk saya itu. Setelah menghitung biaya modal dan pengeluaran lainnya serta menentukan untuk yang akan saya ambil, akhirnya saya menentukan harga jual sebesar Rp. 2000,-. Saya membuat produk itu dengan uang hasil dari tabungan saya, kemudian di hari berikutnya saya dibantu oleh mamah saya membuat Ketan Kelapa, saya yang memarut kelapa kemudian mamah saya yang memasak beras ketannya. Setalah jadi, setiap mau berangkat sekolah saya memasukan kedalam wadah, setiap kali membawa produk paling banyak hanya 30 biji, pada awalnya ketan kelapa dititipkan ke kantin sekolah dengan harga awal sebesar Rp. 1.700,-,. Namun karena ada penilaian, setelah hari berikutnya saya menitipkan café yang ada di sekolah dengan harga awal sebesar Rp. 1.800,-. Setiap menitipkan produk saya ke cafe alhamdulillah selalu habis, paling tidak setiap pulang sekolah saya menerima uang sebesar Rp. 38.000,-. Hampir setiap hari saya menipikan produk saya. Tapi keuntungan yang saya dapatkan dipakai untuk membantu orangtua saya membayar administrasi sekolah. Saya sangat senang akhirnya bisa memakai uang saya sendiri.

Nah cukup sekian dulu ceritanya semoga bermanfaat.


EmoticonEmoticon