Pengalaman berjualan di café TKJ SMK
Wikrama Bogor
Assalammualaikum wr.wb
Hai….. berjumpa lagi dengan saya Yuni Wijaya dari kejuruan Bisnis
Daring Dan Pemasaran SMK Wikrama Bogor. Nah kali ini saya akan menceritakan
pengalaman saya berjualan maupun menitipkan barang di café TKJ SMK Wikrama
Bogor.
1. Latar Belakang
Sebelum itu, di
SMK Wikrama Bogor selain memiliki kantin, kami juga memiliki café yang
dikelola oleh kejuruan BDP, café ini terdiri dari dua café, yaitu café yang
berada di BDP dan café yang berada di TKJ, nah… di café TKJ inilah kami
diharuskan untuk mengelolanya. Sama seperti hari-hari sebelumnya bahwa kami
diharuskan untuk berjualan, tapi pada sebelumnya kami berjualan lele dan produk
dari Paloma, sekarang kami (siswa-siswi BDP) diharuskan untuk mengelola maupun
menitip barang di café, dari mulai pembuatan nota, baik nota penjualan ataupun
nota konsiyensi (penitipan), membawa produk sendiri, sampai menata produk serta
pelayanan dan kebersihannya.
Dalam pengelolaan café
sendiri kami dibagi menjadi lima kelompok, sesuai dengan hari yang sudah
ditentukan oleh masing-masing kelompok tersebut. Setiap masing-masing kelompok beranggotakan
enam sampai tujuh orang, setiap kelompok yang bertugas pada hari itu harus
menyatat siswa yang memasok produk dan kemudian membuat nota penjualan dan nota
konsiyensi.
Saya sendiri
merupakan kelompok yang bertugas pada hari kamis, kelompok saya beranggotakan
enam orang, setiap kami bertugas, kami selalu membagi tugas, tugas yang
dikerjakan setiap orang harus adil dan
merata. Setiap kami menitipkan produk, kami juga harus menuliskan di jurnal
harian bisnis, selain melatih akan keterampilan kita dalam berwirausa kegiatan
tersebut juga merupakan salah satu penilaian pada mata pelajaran produktif
Bisnis Ritel. Jadi setiap yang kami kerjakan dalam kegiatan berjualan maupun
penataan barang serta pengelolaan café, hal itu merupakan salah satu bentuk
pengajaran yang tidak langsung diajarkan oleh guru kita.
2. Di balik Ide
Setelah
saya menganalisis makanan apa yang tidak ada dikantin maupun di café sekolah
saya memutuskan akan menjual makanan berupa Nasi Ketan. Saya menamai produk
saya dengan nama “ Ketan Kelapa”, yang terbuat dari beras ketan putih, kelapa
barut yang di goreng dan tambahan bumbu lainnya seperti garam gula dan irisan
cabai merah. Setelah menentukan produk apa yang akan saya jual, kemudian saya
menentukan harga dari produk saya itu. Setelah menghitung biaya modal dan
pengeluaran lainnya serta menentukan untuk yang akan saya ambil, akhirnya saya
menentukan harga jual sebesar Rp. 2000,-. Saya membuat produk itu dengan uang
hasil dari tabungan saya, kemudian di hari berikutnya saya dibantu oleh mamah
saya membuat Ketan Kelapa, saya yang memarut kelapa kemudian mamah saya yang
memasak beras ketannya. Setalah jadi, setiap mau berangkat sekolah saya
memasukan kedalam wadah, setiap kali membawa produk paling banyak hanya 30
biji, pada awalnya ketan kelapa dititipkan ke kantin sekolah dengan harga awal
sebesar Rp. 1.700,-,. Namun karena ada penilaian, setelah hari berikutnya saya
menitipkan café yang ada di sekolah dengan harga awal sebesar Rp. 1.800,-. Setiap menitipkan produk saya ke cafe alhamdulillah selalu habis, paling tidak setiap pulang sekolah saya menerima uang sebesar Rp. 38.000,-. Hampir setiap hari saya
menipikan produk saya. Tapi keuntungan yang saya dapatkan dipakai untuk
membantu orangtua saya membayar administrasi sekolah. Saya sangat senang
akhirnya bisa memakai uang saya sendiri.
Nah cukup sekian dulu ceritanya semoga bermanfaat.
EmoticonEmoticon